Sebelum membahas cara melakukan puasa Asyura, mari kita simak motivasi agar kita gemar melakukan puasa.
Sungguh puasa memiliki keutamaan yang sangat besar bagi pelakunya. Tidakkah engkau mengetahui bahwa puasa adalah rahasia antara hamba dan Rabbnya?!
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR. Muslim no. 1151)
Bagi orang yang berpuasa juga akan disediakan pintu surga yang khusus untuk mereka. Inilah kenikmatan di akhirat yang dikhususkan bagi orang yang berpuasa
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut.” (HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152)
Cara Berpuasa Asyura :
Shahabat Ibnu Abbas radhiyallohu’anhuma menggambarkan antusias (semangat) Rasulullah untuk berpuasa di hari ‘Asyura’ dengan mengatakan: “Aku tidak melihat Nabi begitu antusias berpuasa pada suatu hari yang diharapkan keutamaannya dibanding hari-hari lain selain hari ini, yaitu hari Asyuro, dan bulan ini, yaitu bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari no.2006).
Rasulullah saw memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura.
Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal: 9 dan 10, atau 10 dan 11. Ketiga, puasa pada tanggal 10 saja.
Hal ini karena ketika Rasulullah saw memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).
Hal ini karena ketika Rasulullah saw memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).
Bagaimana cara mengerjakan puasanya?
Para ulama’ berbeda pendapat dalam hal pelaksanaanya. Secara garis besar, ada empat cara untuk melaksanakanya. Tentunya masing, masing memiliki kelebihan dan keutamaan. Karena puasa adalah ibadah, dan ibadah akan mendekatkan diri kita kepada Allah tuhan semesta alam.
- Cara yang pertama dan paling afdhol
- Berpuasa sebanyak tiga hari. Yaitu pada tanggal 9,10 dan 11 dari bulan muharam. Puasa pada sebelum dan sesudah hari Asyura dimaksudkan untuk membedakan golongan muslim dan kafir Quraisy pada zaman rasul.
- Berdasarkan hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan lafadz sebagaimana telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam al-Huda dan al-Majd Ibnu Taimiyyah dalam al-Muntaqa 2/2: "Selisihilah orang yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya." Dan pada riwayat ath-Thahawi menurut penuturan pengarang al-Urf asy-Syadzi: "Puasalah pada hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan janganlah kalian menyerupai orang Yahudi."
- Namun di dalam sanadnya ada rawi yang diperbincangkan. Ibnul Qayyim berkata (dalam Zaadud Ma'al 2/76):"Ini adalah derajat yang paling sempurna." Syaikh Abdul Haq ad-Dahlawi mengatakan:"Inilah yang Utama." Kebanyakan para ulama’ memilih cara ini untuk berhati-hati agar tidak termasuk kedalam cara berpuasa asyura yang salah.
- Yang kedua. Berpuasa pada tanggal 9 dan 10 muharram
- Hal ini berkaitan dengan hadits-hadits dibawah ini. Yaitu ketika Rasulullah mengetahui bahwa hari Asyura juga merupakan hari baik bagi orang kafir Quraisy, maka Rasulullah menyatakan pada tahun depan akan juga berpuasa pada tanggal 9 Muharram.
- Rasulullah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan berpuasa. Para shahabat berkata:"Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi." Beliau bersabda:"Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9 Muharram.", tetapi sebelum datang tahun depan Rasulullah telah wafat." (HR Muslim 2/798)
- Imam Syafi’i dan pengikutnya (Syafi’iyyah), Imam Ahmad, Ishaq dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari ke 9 dan ke 10 sekaligus; karena Nabi SAW berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan.
- Apa hikmah Nabi SAW menambah puasa pada hari kesembilan? Imam Nawawi menjelaskan.
- Sebagian ulama mengatakan bahwa sebab Nabi bepuasa pada hari ke 10 sekaligus ke 9 adalah agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ke 10 saja.
- Dalam hadits Ibnu Abbas juga terdapat isyarat mengenai hal ini. Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini untuk berhati-hati, siapa tahu salah dalam penentuan hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram). Pendapat yang menyatakan bahwa Nabi menambah hari kesembilan agar tidak menyerupai puasa Yahudi adalah pendapat yang lebih kuat. Wallahu a’lam. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 4/121)
- Ibnu Rojab mengatakan, “Di antara ullama yang menganjurkan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram sekaligus adalah Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ishaq. Sedangkan Imam Abu Hanifah memakruhkan berpuasa pada hari sepuluh saja (tanpa hari kesembilan).
- Cara Ketiga, berpuasa pada tanggal 9 dan 10. Atau 10 dan 11
- Cara ini berlandaskan hadits dibawah "Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya."(Hadits DHOIF, riwayat Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Thahawi) Namun, beberapa ulama’ menemukan kelemahan hadits ini sehingga kurang bisa digunakan.
- Cara Keempat, berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja
- Al-Hafidz berkata (Fathul Baari):"Puasa asyura mempunyai 3 tingkatan, yg terendah berpuasa sehari saja, tingkatan diatasnya ditambah puasa pada tanggal 9, dan tingkatan diatasnya ditambah puasa pada tanggal 9 dan 11. berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja adalah tingkatan di bawah tingkatan pertama tadi. Inilah yang dijelaskan Syaikh Ibrahim Ar Ruhailiy Hafizhohullah dalam kitab beliau Tajridul Ittiba’. " Wallahu a'lam.
0 coment�rios:
Posting Komentar