Jumlah raka’at shalat Idul Fitri dan Idul Adha adalah dua raka’at. Adapun tata caranya adalah sebagai berikut. (Shahih Fiqh Sunnah, 1/607)
- Pertama : Niat Shalat Ied Idul Fitri
- Niat shalat ini, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain cukup diucapkan didalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya, apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana.
- Niat Shalat Bahasa Arab : "Ushalli sunnatal li'iidil fitri rak'ataini (imamam/makmumam) lillahita'aalaa" Artinya dalam Bahasa Indonesia: "Aku niat shalat idul fitri dua rakaat (imam/makmum) karena Allah Ta'ala"
- Kedua : Pada raka'at pertama, menghadap kiblat dan memulai dengan takbiratul ihrom, sebagaimana shalat-shalat lainnya.
- Ketiga : Kemudian bertakbir sebanyak tujuh kali takbir (selain takbiratul ihrom) sebelum memulai membaca surah Al Fatihah. Boleh mengangkat tangan ketika takbir-takbir tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh Ibnu ‘Umar. Ibnul Qayyim mengatakan, “Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat tangannya dalam setiap takbir.” (Shahih Fiqh Sunnah, 1/607)
- Dari Aisyah bahwasanya Rasulullah SAW bertakbir dalam shalat idul fithri dan idul adha sebanyak tujuh kali pada raka'at pertama dan lima kali pada raka'at kedua, selain dua kali takbir saat hendak ruku'. (HR. Abu Daud no. 1152, Ibnu Majah no. 1280, dan Ahmad, 6/70)
- Dari Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya RA berkata: Nabi SAW bersabda, "Takbir dalam shalat idul fithri adalah tujuh kali pada raka'at pertama dan lima kali pada raka'at kedua. Sedangkan bacaan surah Al-fatihah adalah setelah takbir dalam kedua raka'at tersebut."(HR. Abu Daud no. 1151. At-Tirmidzi dalam Al-'Ilal Al-Kabir, 1/288, menyatakan bahwa imam Bukhari menshahihkannya)
- Keempat : Di antara takbir-takbir yang ada tadi tidak ada bacaan dzikir tertentu. Namun ada sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Di antara tiap takbir, hendaklah menyanjung dan memuji Allah.” (Dikeluarkan oleh Al Baihaqi (3/291). Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy (kuat). Lihat Ahkamul ‘Idain, Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, hal. 21, Al Maktabah Al Islamiy, cetakan pertama, tahun 1405 H. Syaikhul Islam mengatakan bahwa sebagian salaf di antara tiap takbir membaca bacaan,
- “Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku).” Namun ingat sekali lagi, bacaannya tidak dibatasi dengan bacaan ini saja. Boleh juga membaca bacaan lainnya asalkan di dalamnya berisi pujian pada Allah Ta’ala.
- Kelima : Membaca doa istiftah, lalu membaca ta'awudz tanpa dikeraskan Kemudian membaca surah Al Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surah lainnya. Surah yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah surah Qaaf pada raka’at pertama dan surah Al Qomar pada raka’at kedua. Ada riwayat bahwa ‘Umar bin Al Khattab pernah menanyakan pada Waqid Al Laitsiy mengenai surah apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri. Ia pun menjawab,“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca “Qaaf, wal qur’anil majiid” (surah Qaaf) dan “Iqtarobatis saa’atu wan syaqqol qomar” (surah Al Qomar).”Boleh juga membaca surah Al A’laa pada raka’at pertama dan surah Al Ghosiyah pada raka’at kedua. Dan jika hari ‘ied jatuh pada hari Jum’at, dianjurkan pula membaca surah Al A’laa pada raka’at pertama dan surah Al Ghosiyah pada raka’at kedua, pada shalat ‘ied maupun shalat Jum’at.
- Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ‘ied maupun shalat Jum’at “Sabbihisma robbikal a’la” (surah Al A’laa) dan “Hal ataka haditsul ghosiyah” (surah Al Ghosiyah).” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surah tersebut di masing-masing shalat. (HR. Muslim no. 878)
- Abu Waqid Al-Laitsi RA berkata: "Nabi SAW membaca dalam shalat idul adha dan idul fithri surah Qaf pada raka'at pertama dan surah Al-Qamar pada raka'at kedua." (HR. Muslim no. 891, Tirmidzi no. 534, dan Ibnu Majah no. 1282)
- Dari Nu'man bin Basyir RA berkata: "Nabi SAW membaca dalam shalat dua hari raya dan shalat Jum'at surah al-A'la dan surah Al-Ghasyiyah."(HR. Muslim no. 878)
- Keenam : Setelah itu semua gerakan shalat serupa dengan gerakan shalat lainnya: ruku', I'tidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua, lalu bertakbir dan berdiri untuk raka'at kedua.
- Ketujuh : Bertakbir ketika bangkit untuk mengerjakan raka’at kedua.
- Kedelapan : Kemudian bertakbir sebanyak lima kali takbir (selain takbir bangkit dari sujud) sebelum memulai membaca surah Al Fatihah.
- Kesembilan : Kemudian membaca surah Al Fatihah. dan surah lainnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
- Kesepuluh : Setelah itu semua gerakan shalat serupa dengan gerakan shalat lainnya: ruku', I'tidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, lalu tasyahud akhir.
- Kesebelas : Mengucapkan salam.
Tempat Shalat Idul Fithri
Shalat idul fithri diutamakan dikerjakan di tanah lapang yang luas agar mampu menampung sebanyak mungkin kaum muslimin. Meski shalat di masjid Nabawi sama nilainya dengan seribu kali shalat di masjid yang lain, namun Rasulullah SAW tidak melakukan shalat idul fithri dan idul adha di masjid Nabawi. Beliau selalu mengerjakan shalat id di al-mushalla, yaitu tanah lapang. Dari Abu Said Al-Khudri RA berkata, "Rasulullah SAW keluar pada hari idul fithri dan idul adha menuju al-mushalla (tanah lapang), dan hal yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat ied"(HR. Bukhari no. 956 dan Muslim no. 889)
Adapun jika ada udzur seperti turun hujan lebat atau jarak tanah lapang jauh dari pemukiman kaum muslimin, maka tidak mengapa melaksanakan shalat ied di masjid. Berhubung shalat ied adalah syi'ar persatuan kaum muslimin, maka tidak selayaknya mengadakan shalat ied di banyak tempat (masjid atau tanah lapang) pada waktu yang bersamaan jika jaraknya berdekatan dan satu tanah lapang cukup menampung mereka.
Shalat Id Tanpa Azan Dan Iqamah
Dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata :“Artinya : Aku pernah shalat dua hari raya bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dari sekali dua kali, tanpa dikumandangkan azan dan tanpa iqamah” (Riwayat Muslim 887, Abu Daud 1148 dan Tirmidzi 532)
Ibnu Abbas dan Jabir Radhiyallahu ‘anhum berkata :“Artinya : Tidak pernah dikumandangkan azan (untuk shalat Id) pada hari Idul Fithri dan Idul Adha” (Riwayat Muslim 887, Abu Daud 1148 dan Tirmidzi 532)
Berkata Ibnul Qayyim :“
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila tiba di mushalla (tanah lapang), beliau memulai shalat tanpa azan dan tanpa iqamah, dan tidak pula ucapan “Ash-Shalatu Jami’ah“. Yang sunnah semua itu tidak dilakukan. (Zaadul Ma'ad 1/442)
Imam As-Shan’ani berkata dalam memberi komentar terhadap atsar-atsar dalam bab ini :“Ini merupakan dalil tidak disyariatkannya azan dan iqamah dalam shalat Id, karena (mengumandangkan) azan dan iqamah dalam shalat Id adalah bid’ah” (Zaadul Ma'ad 1/442)
Telah berkata Jaabir ra: Saya menyaksikan salat Id bersama Nabi saw. beliau memulai salat sebelum khutbah tanpa adzan dan tanpa iqamah, setelah selesai beliau berdiri bertekan atas Bilal, lalu memerintahkan manusia supaya bertaqwa kepada Allah SWT, mendorong mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingatkan mereka, setelah selesai beliau turun mendatangai shaf wanita dan selanjutnya beliau memperingatkan mereka. (H.R : Muslim)
0 coment�rios:
Posting Komentar